Jumat, 19 September 2014

Kamis, 18 September 2014


Belajar pada Masa Depan (Sonny Harry B Harmadi)

Selama masa transisi ini, pemerintahan mendatang (Joko Widodo-Jusuf Kalla) harus mempersiapkan langkah strategis kebijakan pembangunan yang didasarkan pada analisis situasi pada masa depan.

Pemahaman tentang apa yang akan terjadi pada masa depan mutlak dibutuhkan guna merancang respons kebijakan yang tepat. Dalam jangka pendek, pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) setidaknya perlu memiliki gambaran tentang Indonesia lima tahun ke depan dan meletakkan landasan pembangunan yang kuat untuk 100 tahun Indonesia merdeka (2045).

Beberapa ilmuwan telah menyampaikan sejumlah argumen akan pentingnya kita belajar pada masa depan. Jan Tinbergen, peraih Nobel Ekonomi 1969, sudah mengingatkan bahwa perencanaan ekonomi didasarkan pada estimasi masa depan dan bukan sekadar analisis situasi pada masa lalu. Fahey dan Randall (1997) dalam bukunya yang berjudul Learning from the Future: Competitive Foresight Scenarios menekankan pentingnya para pengambil keputusan untuk belajar pada masa depan sebelum menjadi kenyataan.

Demikian halnya dengan Stimson dan Stough (2008), yang menjelaskan bahwa perencanaan pembangunan tak bisa hanya mengandalkan data historis (masa lalu) semata, tanpa mengacu pada proyeksi masa depan. Perencanaan sekadar berbasis data masa lalu hanyalah sebuah ilusi yang mengasumsikan bahwa apa yang akan terjadi pada masa depan sama halnya dengan apa yang telah terjadi pada masa lalu. Ibarat seorang pengemudi yang tak perlu melihat ke depan, cukup melihat kaca spion, dengan harapan jalan yang akan dilaluinya sama persis dengan jalan yang telah dilewatinya. Tentu kita dapat terjebak oleh suatu kesalahan perencanaan, seperti halnya pengemudi yang tiba-tiba menghadapi jurang di depannya.


Belajar dari proyeksi penduduk

Salah satu hal terpenting dalam memahami masa depan ialah dengan menganalisis situasi kependudukan berdasarkan hasil proyeksi penduduk. Teknik demografi memungkinkan kita menghitung proyeksi penduduk dan mempelajari dinamika penduduk, setidaknya dalam 25 tahun ke depan, dengan menggunakan basis data sensus penduduk ataupun survei penduduk antarsensus. Variabel demografi merupakan determinan penting terhadap perubahan ekonomi, lingkungan, dan sosial pada masa depan.


Proyeksi penduduk memungkinkan kita mempelajari tren jumlah penduduk dan pertumbuhannya, struktur umur penduduk, migrasi, ataupun tingkat urbanisasi pada masa depan. Tentu harus kita sadari bahwa situasi kependudukan tidak akan berubah secara drastis, berbeda halnya dengan harga komoditas yang dapat mengalami kenaikan atau penurunan dalam waktu singkat. Terlepas dari berbagai asumsi yang digunakan, setidaknya proyeksi penduduk menjadi sangat penting untuk kita belajar dari masa depan.

Sebagai contoh, proyeksi penduduk yang disusun oleh Widjojo Nitisastro bersama Nathanael Iskandar (2 dari 4 orang pendiri Lembaga Demografi FEUI) pada tahun 1970 memperkirakan bahwa jumlah penduduk Indonesia tahun 2000 akan mencapai angka 286 juta jiwa. Agar pemerintah dapat merespons dengan tepat, Widjojo mengusulkan adanya suatu program pengendalian kelahiran melalui Keluarga Berencana (KB). Kenyataannya, respons pemerintah melalui program KB sangat tepat karena jumlah penduduk hasil Sensus Penduduk 2000 menunjukkan angka "hanya" sebesar 206 juta jiwa, lebih rendah 80 juta jiwa dari yang diproyeksikan sebelumnya. Bukan proyeksinya yang salah, melainkan respons kebijakannya yang justru tepat.


Indonesia pada masa depan

Situasi kependudukan Indonesia terus mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Pada tahun 1980, lebih dari 40 persen penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke bawah. Bandingkan dengan kondisi saat ini, kurang dari 28 persen yang berusia di bawah 15 tahun dan hampir 67 persen penduduk termasuk dalam kelompok usia produktif (15-64 tahun). Tentu respons dan strategi pembangunan yang dibutuhkan juga berbeda.


Mengacu pada proyeksi penduduk Bappenas (2013), pada tahun 2015 jumlah penduduk Indonesia diperkirakan akan mencapai lebih dari 255 juta jiwa. Dalam periode pertama akhir pemerintahan Jokowi-JK (2019), jumlah penduduk diproyeksikan mencapai 268 juta jiwa. Artinya, selama lima tahun pemerintahan tersebut, akan ada tambahan jumlah penduduk sekitar 13 juta jiwa.

Pemerintahan mendatang harus menyadari bahwa sejak tahun 2012 Indonesia mulai memasuki periode bonus demografi di mana rasio ketergantungan telah mencapai angka di bawah 50. Artinya, setiap 100 penduduk usia produktif (pekerja) hanya menanggung kurang dari 50 penduduk usia nonproduktif (bukan pekerja). Hingga berakhirnya masa pemerintahan Jokowi-JK, Indonesia masih terus berada dalam periode bonus demografi. Pemanfaatan bonus demografi mutlak membutuhkan dukungan kebijakan yang tepat. Optimalisasi pemanfaatan bonus demografi menjadi salah satu solusi bagi Indonesia untuk keluar dari jebakan negara berpenghasilan menengah.


Ada dua hal pada masa depan yang tidak pernah terjadi pada masa lalu. Pertama, jumlah penduduk perkotaan yang lebih besar daripada pedesaan. Proyeksi penduduk Bappenas (2013) memperkirakan pada tahun 2035 jumlah pendudukperkotaan akan mencapai 66 persen. Kedua, meningkatnya proporsi penduduk lanjut usia (lansia) secara cepat. Tahun 2015, diperkirakan sekitar 5,4 persen penduduk Indonesia adalah kelompok lansia (usia 65 tahun ke atas). Proyeksi penduduk yang dilakukan Lembaga Demografi berdasarkan beberapa asumsi tertentu memperkirakan pada tahun 2045 jumlah lansia Indonesia akan mencapai hampir 44 juta jiwa (13,7 persen penduduk). Meskipun umumnya proyeksi penduduk dilakukan untuk 25 tahun ke depan, setidaknya kita bisa memperoleh gambaran tentang begitu besar jumlah lansia ketika 100 tahun Indonesia merdeka.


Proyeksi penduduk harus menjadi sumber belajar bagi kita untuk merespons masa depan. Apa pun proyeksi kebutuhan sektoral, baik energi, pangan, air, perumahan, transportasi, lapangan kerja, dan sebagainya, perlu mempertimbangkan proyeksi penduduk. Tulisan ini sekadar mengingatkan para pengambil kebijakan untuk tidak melupakan kependudukan sebagai pilar pembelajaran dari dan untuk masa depan.

oleh:
Sonny Harry B Harmadi, Kepala Lembaga Demografi FEUI; Ketua Umum Koalisi Kependudukan

Jumat, 14 Februari 2014

Ada banyak perdebatan tentang peranan manusia dalam perubahan iklim global (Global Warming). Beberapa ahli berpendapat bahwa peranan tersebut dapat melalui pembakaran bahan bakar fosil dan pelepasan chlorofluorocarbon (CFC) gas, dan mereka berpendapat bahwa interaksi manusia menimbulkan ancaman yang lebih terhadap atmosfer bumi daripada proses alam, seperti letusan gunung berapi. Hal ini menjadikan pemahaman tentang peran letusan gunung berapi dalam mempengaruhi perubahan iklim global sangat penting. Apa pun sumbernya, perubahan komposisi partikel di atmosfer bumi menghasilkan tiga dampak:

  1. Dampak terhadap Ozon
    Asam klorida (HCl) telah terbukti efektif dalam menghancurkan ozon namun, studi terbaru menunjukkan bahwa HCl dari aktivitas vulkanik (Volcanic Hcl) hanya samapi pada troposfer (bawah stratosfer), hal ini disebabkan oleh hujan yang terlebih dahulu mencucinya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa Hcl tidak pernah memiliki kesempatan untuk bereaksi dengan ozon. Di sisi lain, data satelit setelah 1991, letusan Mt.Pinatubo (Filipina) dan Mt . Hudson (Chile) menunjukkan hilangnya ozon 15-20 %, dan 50% ozon yang hilang berada di atas Antartika. Dengan demikian, tampak bahwa letusan gunung berapi dapat memainkan peran penting dalam mengurangi tingkat ozon. Namun, peranan tersebut tidak secara langsung karena tidak dapat secara langsung dikaitkan dengan Volcanic HCl. Partikel letusan yang dihasilkan, atau aerosol, muncul dan berinteraksi dengan klorin dan bromin - senyawa dari manusia chlorofluorocarbon (CFC). Untungnya, partikel vulkanik akan keluar dari stratosfer dalam dua atau tiga tahun, sehingga efek dari letusan gunung berapi pada penipisan ozon hanya dalam jangka pendek. Meskipun aerosol vulkanik memberikan katalis untuk penipisan ozon, penjahat sebenarnya dalam menghancurkan ozon adalah CFC yang dihasilkan manusia. Para ilmuwan berharap lapisan ozon pulih karena pembatasan pada CFC dan bahan kimia perusak ozon lainnya oleh PBB dalam Protokol Montreal mengenai Bahan yang Merusak Lapisan Ozon. Namun, letusan gunung berapi di masa mendatang akan menyebabkan fluktuasi dalam proses pemulihan .
  2. Dampak terhadap Bertambahnya Gas Rumah Kaca (GRK) Letusan gunung berapi dapat meningkatkan pemanasan global dengan menambahkan CO2 ke atmosfer. Namun, jumlah CO2 yang dihasilkan oleh aktivitas manusia setiap tahun masih lebih besar daripada letusan gunung berapi. TM Gerlach (1991, American Geophysical Union) mencatat bahwa CO2 dari aktivitas manusia 150 kali lebih banyak daripada CO2 letusan gunung berapi. Dampak kecil dari pemanasan global yang disebabkan oleh gas rumah kaca akibat letusan diimbangi oleh besarnya dampak dari pendinginan global yang disebabkan oleh partikel letusan yang dihasilkan di stratosfer (efek kabut). Pemanasan rumah kaca di bumi sangat jelas terasa sejak tahun 1980. Tanpa pengaruh pendinginan letusan seperti El Chichon (1982) dan Mt. Pinatubo (1991), pemanasan rumah kaca akan menjadi lebih jelas.
  3. Efek Kabut (Haze Effect)
    Letusan gunung berapi memiliki efek kabut lebih besar dari pada efek rumah kaca, dan dengan demikian mereka dapat menurunkan suhu global rata-rata.
    Menurut Gerlach, selama bertahun-tahun kontribusi aktivitas vulkanik terbesar dari efek kabut adalah ketika partikel abu tersuspensi di bagian atas atmosfer dan menghalangi radiasi matahari. Letusan 1980 dari Mt. St Helens menurunkan suhu global dengan 0.1 derajat Celcius, letusan dari El Chichon menurunkan suhu global tiga sampai lima kali lipat. Meskipun letusan Mt. St Helens mengeluarkan sejumlah besar abu di stratosfer, letusan El Chichon mengeluarkan material vulkanik dalam jumlah yang jauh lebih besar dari gas yang kaya sulfur (40x lebih). Dapat disimpulkan bahwa volume material vulkanik yang keluarkan selama ledakan bukanlah kriteria terbaik untuk mengukur dampaknya pada atmosfer. Jumlah gas yang kaya sulfur tampaknya lebih penting. Sulfur bercampur dengan uap air di stratosfer untuk membentuk awan padat denga tetesan asam sulfat kecil. Tetesan ini memakan waktu beberapa tahun untuk menyelesaikan reaksi kimianya dan mereka mampu mengurangi suhu troposfer karena mereka menyerap radiasi matahari dan menyebarkannya kembali ke angkasa.


  4. Contoh Dampak Pendinginan Global Akibat Letusan Gunung Vulkanik Bersejarah:
    Bukti pengamatan menunjukkan korelasi yang jelas antara letusan bersejarah dan
    kondisi iklim yang dingin pada tahun-tahun berikutnya. Tiga contoh bersejarah terkenal dijelaskan di bawah ini:
    Gunung Laki
    • Laki (1783)
      AS timur mencatat suhu terendah yang pernah musim dingin rata-rata 1783-1784 , sekitar 4.8 derajat Celcius.
      Eropa juga mengalami musim dingin yang sangat parah. Benjamin Franklin berpendapat bahwa kondisi dingin itu diakibatkan terganggunya sinar matahari oleh debu dan gas yang dibuat oleh letusan Gunung di Islandia (Gunung Laki) pada tahun 1783. Letusan Laki adalah letusan terbesar di masa bersejarah. Hipotesis Franklin sama dengan teori ilmiah modern, yang menunjukkan bahwa besarnya volume SO2 adalah penyebab utama dalam kabut - efek pendinginan global.

    Gunung Tambora
    • Tambora (1815)
      Tiga puluh tahun kemudian, pada 1815, letusan Gunung
      Tambora, Indonesia, mengakibatkan musim semi dan musim panas tahun 1816
      sangat dingin, yang kemudian dikenal sebagai tahun tanpa musim panas. Letusan Tambora diyakini menjadi yang terbesar dari sepuluh ribu tahun terakhir. New England dan Eropa merasakan dampak yang cukup parah. Hujan salju dan es terjadi pada bulan Juni, Juli, dan Agustus. Rusaknya tanaman jagung memaksa petani untuk menyembelih hewan mereka. Dapur umumpun dibuka untuk memberi makan para orang yang lapar. Laut es meluas hingga area pelayaran di Samudra Atlantik, dan gletser Gunung Alpine bertambah hingga lereng gunung.

    Erupsi Anak Krakatau
    • Krakatau (1883)
      Letusan dari gunung berapi Krakatau di Indonesia pada Agustus 1883, dua puluh kali lebih dahsyat jika dibandingkan letusan pada 1980 dari Mt.
      St Helens. Letusan Krakatau adalah letusan terbesar kedua dalam sejarah, dikerdilkan hanya dengan letusan Tambora yang merupakan tetangga dan meletus pada tahun 1815 (lihat di atas). Selama berbulan-bulan setelah letusan Krakatau, dunia mengalami cuaca musim dingin, matahari terbenam dengan kemilau, dan senja berkepanjangan karena penyebaran aerosol diseluruh stratosfer. Matahari terbenam yang tidak biasa dan berkepanjangan menimbulkan perdebatan kontemporer yang cukup besar tentang asal usul terjadinya fenomena ini. Fenomena ini juga memberikan inspirasi bagi para seniman yang dilukiskan pada saat matahari terbenam. Beberapa lukisan abad ke-19 -an, dua di antaranya dicatat di sini.
      In London, the Krakatau sunsets were clearly distinct from the familiar red sunsets seen through the smoke-laden atmosphere of the city. This is demonstrated in the painting shown here of a sunset from the banks of the Thames River, created by artist William Ascroft on November 26, 1883.

Semoga Bermanfaat.
Sources: http://www.geology.sdsu.edu (Diterjemahkan dan disesuaikan oleh Daniel Jones B)

Jumat, 07 Februari 2014



video ini berisi tutorial penerapan formula dasar di microsoft excel bagian 4 part 2.
kalau ada pertanyaan bisa ditanyakan via email ke
Fizz di fizzprazer@gmail.com
atau
Pongo di dimaspradh@gmail.com
via comment juga bisa sih
anyway, thank you for watching & enjoy it to the fullest!


video ini berisi tutorial penerapan formula dasar di microsoft excel bagian 4 part 1.
kalau ada pertanyaan bisa ditanyakan via email ke
Fizz di fizzprazer@gmail.com
atau
Pongo di dimaspradh@gmail.com
via comment juga bisa sih
anyway, thank you for watching & enjoy it to the fullest!


video ini berisi tutorial penerapan formula dasar di microsoft excel bagian ke 3 part 2.
kalau ada pertanyaan bisa ditanyakan via email ke
Fizz di fizzprazer@gmail.com | Pongo di dimaspradh@gmail.com
via comment juga bisa sih
anyway, thank you for watching & enjoy it to the fullest!


video ini berisi tutorial penerapan formula dasar di microsoft excel bagian ke 3 part 1.
kalau ada pertanyaan bisa ditanyakan via email ke
Fizz di fizzprazer@gmail.com
atau
Pongo di dimaspradh@gmail.com
via comment juga bisa sih
anyway, thank you for watching & enjoy it to the fullest!


video ini berisi tutorial penerapan formula dasar di microsoft excel bagian ke 2 part 2.
kalau ada pertanyaan bisa ditanyakan via email ke
Fizz di fizzprazer@gmail.com
atau
Pongo di dimaspradh@gmail.com
via comment juga bisa sih
anyway, thank you for watching & enjoy it to the fullest!


video ini berisi tutorial penerapan formula dasar di microsoft excel bagian ke 2 part 1.
kalau ada pertanyaan bisa ditanyakan via email ke
Fizz di fizzprazer@gmail.com
atau
Pongo di dimaspradh@gmail.com
via comment juga bisa sih
anyway, thank you for watching & enjoy it to the fullest!

Kamis, 06 Februari 2014



video ini berisi cara entry data menggunakan form di excel. sensasinya beda sama entry data dengan cara yang umum.
kalau ada pertanyaan, bisa ditanyakan melalui email ke :
Fizz di fizzprazer@gmail.com
atau
Pongo di dimaspradh@gmail.com

kalau ga mau tanya via email, bisa juga melalui comment sih
thank you for watching & enjoy it to the

Unordered List

Sample Text

Sample text

Diberdayakan oleh Blogger.

Social Icons

About Me

Featured Posts

Popular Posts

Recent Posts

Text Widget